Kesabaran merupakan obat terbaik dari segala kesulitan.

Masalah adalah sebuah anugrah Dimana kita bisa mendapatkan hikmah dan memberikan inspirasi untuk bertindak Yang diperlukan adalah bagaimana Anda menghadapi rintangan tersebut, apakah Anda mau berusaha mengatasinya atau dijadikan alasan untuk berhenti atau menyerah.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 17 Desember 2016

ANAKU TIDAK GOBLOK


“ Goblok kamu ya…” Kata Suamiku sambil melemparkan buku lapor sekolah Doni. Kulihat suamiku berdiri dari tempat duduknya dan kemudian dia menarik kuping Doni dengan keras. Doni meringis.

Tak berapa lama Suamiku pergi kekamar dan keluar kembali membawa penepuk nyamuk. Dengan garang suamiku memukul Doni berkali kali dengan penepuk nyamuk itu. Penepuk nyamuk itu diarahkan kekaki, kemudian ke punggung dan terus , terus. Doni menangis “ Ampun, ayah ..ampun ayah..” Katanya dengan suara terisak isak. Wajahnya memancarkan rasa takut. Dia tidak meraung. Doni ku tegar dengan siksaan itu. Tapi matanya memandangku. Dia membutuhkan perlindunganku. Tapi aku tak sanggup karena aku tahu betul sifat suamiku.
“Lihat adik adikmu. Mereka semua pintar pintar sekolah. Mereka rajin belajar. Ini kamu anak tertua malah malas dan tolol Mau jadi apa kamu nanti ?. Mau jadi beban adik adik kamu ya…he “ Kata suamiku dengan suara terengah engah kelelahan memukul Doni. Suamiku terduduk dikorsi. Matanya kosong memandang kearah Doni dan kemudian melirik kearah ku “ Kamu ajarin dia. Aku tidak mau lagi lihat lapor sekolahnya buruk. Dengar itu. “ Kata suamiku kepadaku sambil berdiri dan masuk kekamar tidur.
Kupeluk Doni. Matanya memudar. Aku tahu dengan nilai lapor buruk dan tidak naik kelas saja dia sudah malu apalagi di maki maki dan dimarahi didepan adik adiknya. Dia malu sebagai anak tertua. Kembali matanya memandangku. Kulihat dia butuh dukunganku. Kupeluk Doni dengan erat “ Anak bunda, tidak tolol. Anak bunda pintar kok. Besok ya rajin ya belajarnya”
“ Doni udah belajar sungguh sungguh, bunda, Bunda kan lihat sendiri. Tapi Doni memang engga pintar seperti Ruli dan Rini. Kenapa ya Bunda” Wajah lugunya membuatku terenyuh.. Aku menangis “ Doni, pintar kok. Doni kan anak ayah. Ayah Doni pintar tentu Doni juga pintar. “
“ Doni bukan anak ayah.” Katanya dengan mata tertunduk “ Doni telah mengecewakan Ayah, ya bunda “
Malamnya , adiknya Ruli yang sekamar dengannya membangunkan kami karena ketakutan melihat Doni menggigau terus. Aku dan suamiku berhamburan kekamar Doni. Kurasakan badannya panas.Kupeluk Doni dengan sekuat jiwaku untuk menenangkannya. Matanya melotot kearah kosong. Kurasakan badannya panas. Segera kukompres kepalanya dan suamiku segera menghubungi dokter keluarga. Doni tak lepas dari pelukanku “ Anak bunda, buah hati bunda, kenapa sayang. Ini bunda,..” Kataku sambil terus membelai kepalanya. Tak berapa lama matanya mulai redup dan terkulai. Dia mulai sadar. Doni membalas pelukanku. ‘ Bunda, temani Doni tidur ya." Katanya sayup sayup. Suamiku hanya menghelap nafas. Aku tahu suamiku merasa bersalah karena kejadian siang tadi.
Doni adalah putra tertua kami. Dia lahir memang ketika keadaan keluarga kami sadang sulit. Suamiku ketika itu masih kuliah dan bekerja serabutan untuk membiayai kuliah dan rumah tangga. Ketika itulah aku hamil Doni. Mungkin karena kurang gizi selama kehamilan tidak membuat janinku tumbuh dengan sempurna. Kemudian , ketika Doni lahir kehidupan kami masih sangat sederhana. Masa balita Doni pun tidak sebaik anak anak lain. Diapun kurang gizi. Tapi ketika usianya dua tahun, kehidupan kami mulai membaik seiring usainya kuliah suamiku dan mendapatkan karir yang bagus di BUMN. Setelah itu aku kembali hamil dan Ruli lahir., juga laki laki dan dua tahu setelah itu, Rini lahir, adik perempuannya. Kedua putra putriku yang lahir setelah Doni mendapatkan lingkungan yang baik dan gizi yang baik pula. Makanya mereka disekolah pintar pintar. Makanya aku tahu betul bahwa kemajuan generasi ditentukan oleh ketersediaan gixi yang cukup dan lingkungan yang baik.
Tapi keadaan ini tidak pernah mau diterima oleh Suamiku. Dia punya standard yang tinggi terhadap anak anaknya. Dia ingin semua anaknya seperti dia. Pintar dan cerdas. “ Masalah Doni bukannya dia tolol, Tapi dia malas. Itu saja. “ Kata suamiku berkali kali. Seakan dia ingin menepis tesis tentang ketersediaan gizi sebagai pendukung anak jadi cerdas. “ Aku ini dari keluarga miskin. Manapula aku ada gizi cukup. Mana pula orang tuaku ngerti soal gixi. Tapi nyatanya aku berhasil. “ Aku tak bisa berkata banyak untuk mempertahankan tesisku itu.
Seminggu setelah itu, suamiku memutuskan untuk mengirim Doni kepesantren. AKu tersentak.
“ Apa alasan Mas mengirim Doni ke Pondok Pesantren “
“ Biar dia bisa dididik dengan benar”
“ Apakah dirumah dia tidak mendapatkan itu”
“ Ini sudah keputusanku, Titik.
“ tapi kenapa , Mas” AKu berusaha ingin tahu alasan dibalik itu.
Suamiku hanya diam. Aku tahu alasannya.Dia tidak ingin ada pengaruh buruk kepada kedua putra putri kami. Dia malu dengan tidak naik kelasnya Doni. Suamiku ingin memisahkan Doni dari adik adiknya agar jelas mana yang bisa diandalkannya dan mana yang harus dibuangnya. Mungkinkah itu alasannya. Bagaimanapun , bagiku Doni akan tetap putraku dan aku akan selalu ada untuknya. Aku tak berdaya. Suamiku terlalu pintar bila diajak berdebat.
Ketika Doni mengetahui dia akan dikirim ke Pondok Pesantren, dia memandangku. Dia nanpak bingung. Dia terlalu dekat denganku dan tak ingin berpisah dariku.
Dia peluk aku “ Doni engga mau jauh jauh dari bunda” Katanya.
Tapi seketika itu juga suamiku membentaknya “ Kamu ini laki laki. TIdak boleh cengeng. Tidak boleh hidup dibawah ketika ibumu. Ngerti. Kamu harus ikut kata Ayah. Besok Ayah akan urus kepindahan kamu ke Pondok Pesantren. “
Setelah Doni berada di Pondok Pesantren setiap hari aku merindukan buah hatiku. Tapi suamiku nampak tidak peduli. “ Kamu tidak boleh mengunjunginya di pondok. Dia harus diajarkan mandiri. Tunggu saja kalau liburan dia akan pulang” Kata suamiku tegas seakan membaca kerinduanku untuk mengunjungi Doni.
Tak terasa Doni kini sudah kelas 3 Madrasa Aliyah atau setingkat SMU. Ruli kelas 1 SMU dan Rini kelas 2 SLP. Suamiku tidak pernah bertanya soal Raport sekolahnya. Tapi aku tahu raport sekolahnya tak begitu bagus tapi juga tidak begitu buruk. Bila liburan Doni pulang kerumah, Doni lebih banyak diam. Dia makan tak pernah berlebihan dan tak pernah bersuara selagi makan sementara adiknya bercerita banyak soal disekolah dan suamiku menanggapi dengan tangkas untuk mencerahkan. Walau dia satu kamar dengan adiknya namun kamar itu selalu dibersihkannya setelah bangun tidur. Tengah malam dia bangun dan sholat tahajud dan berzikir sampai sholat subuh.
Ku purhatikan tahun demi tahu perubahan Doni setelah mondok. Dia berubah dan berbeda dengan adik adiknya. Dia sangat mandiri dan hemat berbicara. Setiap hendak pergi keluar rumah, dia selalu mencium tanganku dan setelah itu memelukku. Beda sekali dengan adik adiknya yang serba cuek dengan gaya hidup modern didikan suamiku.
Setamat Madrasa Aliyah, Doni kembali tinggal dirumah. Suamiku tidak menyuruhnya melanjutkan ke Universitas. “ Nilai rapor dan kemampuannya tak bisa masuk universitas. Sudahlah. Aku tidak bisa mikir soal masa depan dia. Kalau dipaksa juga masuk universitas akan menambah beban mentalnya. “ Demikian alasan suamiku. Aku dapat memaklumi itu. Namun suamiku tak pernah berpikir apa yang harus diperbuat Doni setelah lulus dari pondok. Donipun tidak pernah bertanya. Dia hanya menanti dengan sabar.
Selama setahun setelah Doni tamat dari mondok, waktunya lebih banyak di habiskan di Masjid. Dia terpilih sebagai ketua Remaja Islam Masjid. Doni tidak memilih Masjid yang berada di komplek kami tapi dia memilih masjid diperkampungan yang berada dibelakang komplek. Mungkin karena inilah suamiku semakin kesal dengan Doni karena dia bergaul dengan orang kebanyakan. Suamiku sangat menjaga reputasinya dan tak ingin sedikitpun tercemar. Mungkin karena dia malu dengan cemoohan dari tetangga maka dia kadang marah tanpa alasan yang jelas kepada Doni. Tapi Doni tetap diam. Tak sedikitpun dia membela diri.
Suatu hari yang tak pernah kulupakan adalah ketika polisi datang kerumahku. Polisi mencurigai Doni dan teman temannya mencuri di rumah yang ada di komplek kami. Aku tersentak. Benarkah itu. Doni sujud dikaki ku sambil berkata “ Doni tidak mencuri , Bunda. TIdak, Bunda percayakan dengan Doni. Kami memang sering menghabiskan malam di masjid tapi tidak pernah keluar untuk mencuri.” Aku meraung ketika Doni dibawa kekantor polisi. Suamiku dengan segala daya dan upaya membela Doni. Alhamdulilah Doni dan teman temannya terbebaskan dari tuntutan itu. Karena memang tidak ada bukti sama sekali. Mungkin ini akibat kekesalan penghuni komplek oleh ulah Doni dan kawan kawan yang selalu berzikir dimalam hari dan menggangu ketenangan tidur.
Tapi akibat kejadian itu , suamiku mengusir Doni dari rumah. Doni tidak protes. Dia hanya diam dan menerima keputusan itu. Sebelum pergi dia rangkul aku” Bunda , Maafkanku. Doni belum bisa berbuat apapun untuk membahagiakan bunda dan Ayah. Maafkan Doni “ Pesanya. Diapun memandang adiknya satu satu. Dia peluk mereka satu persatu “ Jaga bunda ya. Mulailah sholat dan jangan tinggalkan sholat. Kalian sudah besar .” demikian pesan Doni. Suamiku nampak tegar dengan sikapnya untuk mengusir DOni dari rumah.
“ Mas, Dimana Doni akan tinggal. “ Kataku dengan batas kekuatan terakhirku membela Doni.
“ Itu bukan urusanku. Dia sudah dewasa. Dia harus belajar bertanggung jawab dengan hidupnya sendiri.
***
Tak terasa sudah enam tahun Doni pergi dari Rumah. Setiap bulan dia selalu mengirim surat kepadaku. Dari suratnya kutahu Doni berpindah pindah kota. Pernah di Bandung, Jakarta, Surabaya dan tiga tahun lalu dia berangkat ke Luar negeri. Bila membayangkan masa kanak kanaknya kadang aku menangis. Aku merindukan putra sulungku. Setiap hari kami menikmati fasilitas hidup yang berkecukupan. Ruli kuliah dengan kendaraan bagus dan ATM yang berisi penuh. Rinipun sama. Karir suamiku semakin tinggi. Lingkungan social kami semakin berkelas. Tapi, satu putra kami pergi dari kami. Entah bagaimana kehidupannya. Apakah dia lapar. Apakah dia kebasahan ketika hujan karena tidak ada tempat bernaung. Namun dari surat Doni , aku tahu dia baik baik saja. Dia selalu menitipkan pesan kepada kami, “ Jangan tinggalkan sholat. Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita siang dan malam. “

***
Prahara datang kepada keluarga kami. Suamiku tersangkut kasus Korupsi. Selama proses pemeriksaan itu suamiku tidak dibenarkan masuk kantor. Dia dinonaktifkan. Selama proses itupula suamiku nampak murung. Kesehatannya mulai terganggu. Suamiku mengidap hipertensii. Dan puncaknya , adalah ketika Polisi menjemput suamiku di rumah. Suamiku terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Rumah dan semua harta yang selama ini dikumpulkan disita oleh negara. Media maassa memberitakan itu setiap hari. Reputasi yang selalu dijaga oleh suamiku selama ini ternyata dengan mudah hancur berkeping keping. Harta yang dikumpul, sirna seketika. Kami sekeluarga menjadi pesakitan. Ruli malas untuk terus keliah karena malu dengan teman temannya. Rini juga sama yang tak ingin terus kuliah.

Kini suamiku dipenjara dan anak anak jadi bebanku dirumah kontrakan. Ya walau mereka sudah dewasa namun mereka menjadi bebanku. Mereka tak mampu untuk menolongku. Baru kutahu bahwa selama ini kemanjaan yang diberikan oleh suamiku telah membuat mereka lemah untuk survival dengan segala kekurangan. Maka jadilah mereka bebanku ditengah prahara kehidupan kami. Pada saat inilah aku sangat merindukan putra sulungku. Ditengah aku sangat merindukan itulah aku melihat sosok pria gagah berdiri didepan pintu rumah.
Doniku ada didepanku dengan senyuman khasnya. Dia menghambur kedalam pelukanku. “ Maafkan aku bunda, Aku baru sempat datang sekarang sejak aku mendapat surat dari bunda tentang keadaan ayah. “ katanya. Dari wajahnya kutahu dia sangat merindukanku. Rini dan Ruli juga segera memeluk Doni. Mereka juga merindukan kakaknya. Hari itu, kami berempat saling berpelukan untuk meyakinkan kami akan selalu bersama sama.
Kehadiran Doni dirumah telah membuat suasana menjadi lain. Dengan bekal tabungannya selama bekerja diluar negeri, Doni membuka usaha percetakan dan reklame. Aku tahu betul sedari kecil dia suka sekali menggambar namun hobi ini selalu di cemoohkan oleh ayahnya. Doni mengambil alih peran ayahnya untuk melindungi kami. Tak lebih setahu setelah itu, Ruli kembali kuliah dan tak pernah meninggalkan sholat dan juga Rini. Setiap maghrib dan subuh Doni menjadi imam kami sholat berjamaah dirumah. Seusai sholat berjaman Doni tak lupa duduk bersilah dihadapan kami dan berbicara dengan bahasa yang sangat halus , beda sekali dengan gaya ayahnya
“ Manusia tidak dituntut untuk terhormat dihadapan manusia tapi dihadapan Allah. Harta dunia, pangkat dan jabatan tidak bisa dijadikan tolok ukur kehormatan. Kita harus berjalan dengan cara yang benar dan itulah kunci meraih kebahagiaan dunia maupun akhirat. Itulah yang harus kita perjuangkan dalam hidup agar mendapatkan kemuliaan disisi Allah. . Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita. Apakah ada yang lebih hebat menjaga kita didunia ini dibandingkan dengan Allah. “
“ Apa yang menimpa keluarga kita sekarang bukanlan azab dari Allah. Ini karena Allah cinta kepada Ayah. Allah cinta kepada kita semua karena kita semua punya peran hingga membuat ayah terpuruk dalam perbuatan dosa sebagai koruptor. Allah sedang berdialogh dengan kita tentang sabar dan ikhlas, tentang hakikat kehidupan, tentang hakikat kehormatan. Kita harus mengambil hikmah dari ini semua untuk kembali kepada Allah dalam sesal dan taubat. Agar bila besok ajal menjemput kita, tak ada lagi yang harus disesalkan, Karna kita sudah sangat siap untuk pulang keharibaan Allah dengan bersih. “
Seusai Doni berbicara , aku selalu menangis. Doni yang tidak pintar sekolah, tapi Allah mengajarinya untuk mengetahui rahasia terdalam tentang kehidupan dan dia mendapatkan itu untuk menjadi pelindung kami dan menuntun kami dalam taubah. Ini jugalah yang mempengaruhi sikap suamiku dipenjara. Kesehatannya membaik. Darah tingginya tak lagi sering naik. Dia ikhlas dan sabar , dan tentu karena dia semakin dekat kepada Allah. Tak pernah tinggal sholat sekalipun. Zikir dan linangan airmata sesal akan dosanya telah membuat jiwanya tentram.
Mahasuci Allah , terimakasih ...
Saat suamiku keluar dr hotel prodeo Doni yg menjemput nya di depan pintu didampingi oleh kedua adiknya... aku melihat dari kejauhan...  Doni langsung salim cium tangan ayahnya kemudian mrk berdua berpelukan erat...  Suamiku memandang cukup lama ke arah muka Doni...  pasti kangen suamiku dengan anak sulung nya .... tidak terasa air mataku mengalir meluhat moment yg indah itu...  sejak kecil Doni selalu merindukan pelukan ayahnya namun tidak pernah dia dapatkan....  hanya adik² nya yg sering di peluk ayahnya krn prestasi sekolahnya lebih baik..  beda dg Doni justru pukulan yg dia terima.... #Smoga Bermanfaat 

Sabtu, 30 Juli 2016

Better Than Yesterday ...




Jika hari ini lebih buruk dari kemarin...bagiku itu bencana

Jika hari ini sama dengan kemarin ... itu namanya rugi ...

Jika hari ini lebih baik dari kemarin ... itu namanya Hebat ...


Selasa, 26 Juli 2016

DOA HARIAN


Bismillahirrahmanirrahim
Astaghfirullah al Adziim 3X...
Yaa ALLAH ... Yaa QOOBIDH
Bila hari ini masih menjadi bagian hidup kami ...
Berikanlah kemudahan dan kelancaran untuk menjalaninya ...
Yaa ALLAH ... Yaa BASHIIR
Bila kelopak mata kami masih dapat terbuka ...
Bimbinglah penglihatan kami untuk senantiasa melihat kebaikan dan kebenaran ...
Yaa ALLAH ... Yaa HAQQU
Bila mulut kami masih diizinkan berucap ...
Tuntunlah agar kami senantiasa mengatakan kejujuran dan berdzikir atasMu ...
Yaa ALLAH ... Yaa QOYYUM
Bila kaki kami masih diberi kemampuan untuk melangkah ...
Hantarkanlah kami ke tempat-tempat yang baik ... Tempat - tempat yang membawa maghfiroh untuk kami ...
Yaa ALLAH ... Yaa MUQTADIR
Bila tangan kami masih dapat digerakkan ...
Gerakkanlah untuk memberikan kebaikan dan menolong bagi orang-orang yang dalam kesulitan ... Serta bermanfaat dalam berbuat kebajikan ...
Yaa ALLAH ... Yaa MUQIIT
Bila matahari masih diperkenankan bagi tubuh kami ...
Sempurnakanlah cahaya-nya di pagi ini untuk menyinari seluruh tubuh kami ... Berikanlah kami kekuatan yang istiqomah dan tawaddu dalam menyempurnakan ibadah kami padaMu ...
Yaa ALLAH ... Yaa QUDDUUS
Bila udara masih menjadi bagian bagi nafas kami ...
Lapangkanlah rongga dada kami untuk menerimanya ... Buanglah seluruh energi negatif dalam setiap helaan nafas kami ...
Yaa ALLAH ... Yaa ROZZAAQ
Bila dari rezeki yang diturunkan di muka bumi ini masih ada bagian haq kami ...
Datangkanlah dalam jumlah banyak & berkah yang halal dan thoyyib dari segala arah ...
Agar kami  dapat memberi manfa'at bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan ... Memberikan kebahagiaan di setiap langkah kami ...
Ya ALLAH ... Yaa MUHAIMIIN
Angkat dan hilangkanlah segala penyakit keluarga, sahabat, kerabat, gantikanlah dengan sehat wal afiat ...
Jadikanlah mereka keluarga yang rukun penuh dgn kasih sayang & kedamaian serta lanjutkanlah usianya hanya untuk ibadah kepada-MU ...
Yaa ALLAH ... Yaa RAHMAN Yaa RAHIIM
Dengan segala yang telah diperlihatkan pada kami untuk dijadikan sebagai pelajaran bagi hidup kami ...
Karuniakanlah kami, semenjak pagi hari ini sampai hari-hari selanjutnya dengan Limpahan Nikmat dan Kasih Sayang-MU...
Aamiin Allahuma Amiiin..
*_"SEUNTAI DO'A UNTUK SAUDARAKU SEMUA"_*
*بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم* 
*اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا.*
*ALLAHUMMA INNII AS-ALUKA 'ILMAN NAAFI'AN, WA RIZQAN THAYYIBAN, WA 'AMALAN MUTAQABBALAN.*
  *_Yaa Allah ..._*
_Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang halal, dan amal yang diterima._
  *_Yaa Allah ..._*
_Kami bersyukur kepadaMu karena telah menjaga tidur kami dan membangunkan kami kembali di pagi ini._
❣ _Engkau telah ijinkan kami kembali memulai hari yang indah ini._
❣  _Kami mohon pagi ini untuk berbagi dengan orang-orang di sekeliling kami._
❣  _Jadikanlah mereka nyaman berada didekat kami._
❣  _Jadikanlah hari ini penuh keindahan, keindahan dengan rahmatMu yang berlimpah._
❣  _Berikanlah hati kami kedamaian, ketenangan dan keiklasan._
❣  _Berikanlah kami kejernihan pikiran sehingga dapat dengan bijak dan sabar menyikapi segala ujianMu._
  *_Yaa Rabbana ..._*
_Jadikanlah apa yang kami lakukan hari ini sebagai amalan untuk bekal kami menghadapMu kelak._
  *_Yaa Rabbana ..._*
_Tegarkanlah hati dan badan ini untuk tetap berjalan dalam naungan CahayaMu._
❣  _Hilangkan kelelahan kejenuhan dalam diri kami sehingga kami bisa memberi yang terindah bagi keluarga, sahabat dan saudara kami semua._
  *_Yaa Allah ..._*
_Berikanlah kasihMu, Rahmat Mu, PerlindunganMu, CahayaMu untuk saudara-saudara kami tersayang yang membaca untaian do'a ini._
❣  _Berkahilah umurnya ..._
_Berilah kesehatan padanya._
_Angkatlah penyakitnya._
_Murahkanlah rizqi padanya._
*ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة و قنا عذاب النار*
            *_"Selamat Beraktifitas"_*
*_Semoga apa yang kita kerjakan hari Ini mendapat Ridha dan Barakah dari Allah SWT._*
*آمين.. آمين.. آمين يَآرَبْ العالمين*
ْ
                   ~  ~

Sabtu, 23 Juli 2016

DOAKU






PASARAH KEPADA IILLAH

Orang awam mohon kepada Allah agar dijauhkan dari Bala, sedangkan bagi sebagian Wali/Nabi justru meminta bala atau cobaan dari Allah karena bagi mereka cobaan adalah bentuk dari perhatian dan kasih sayang Allah, sedangkan aku.. terserah kehendak Allah semata, diberi nikmat aku syukuri, diberi cobaan aku syukuri, bagi ku keduanya sama-sama berasal dari Allah Yang Maha Baik”.

AKU LELAH


Ya Allah …. Bolehkah aku berkata “Aku Lelah”

Hari ini menahan semua rasa dan emosi...
menahan serta mencoba b'tahan dengan semua beban yang menghimpit.

Entah mengapa, beberapa hari ini tak seperti biasanya,
seperti bukan diriku yang kukenal.
aku merasa diri ini b'kecil hati,
seakan memulai aksi unjuk rasanya...
menentang semua rutinitas yang selama ini aku lakukan,
rutinitas yang aku bangun dgn keoptimisan...
meski tak memungkiri t'kadang hati menjerit, kesal, mencibir dan mengumpat betapa menyedihkannya hidup ini.
'Inikah titik lemahku? titik terendahku? Ya Allah, bantu aku... .
Aku ingin terus bertahan!
Aku ingin tetap berjuang...

Ya Allah,, Aku Lelah !
terasa tidak mudah perjalanan yang aku tapaki..
perjalanan untuk menuju mimpiku dan untuk membahagiakan istri & anak2ku..
Berat terasa ketika kaki ini melangkah,
banyak kerikil-kerikil terhampar di setiap perjalanan..
badai pun terkadang datang menerpa..
membuat hati ini goyah.. ingin berhenti dan MENYERAH...

“Ya Allah! aku hanya hambaMu yang hina.
Aku tidak bisa berbuat apapun kecuali mengharap hanya kepadaMu.
Jika aku menangis, bukan krna aku tidak ridha dengan takdir dan ketentuanMu,
bukan krna aku terluka dengan ujianMu,
bukan juga krna aku berkecil hati denganMu.
Sedang aku hanya seorang hambaMu yang lemah.
Yang tidak punya apapun selain tangisan dan air mata,
yang menemani setiap duka dan sakitku.

"Ya Allah! Tangis ini adalah pengobat dukaku.
Air mata ini adalah teman yang paling memahami akan diriku.
Aku hanyalah seorang hamba yang lelah dalam perjalananku ini.
Aku sangat penat ya Allah,
Penat untuk menangisi segalanya ...
Ampunilah aku ya Allah jika aku tidak beradab denganMu.
Jika aku ini hambaMu yang tidak tahu berbudi dan tidak pandai bersyukur padaMu."

"Ya Allah, jadikanlah kesusahan dan ujian ini sebagai pembinaan untuk aku lebih akrab denganMu, lebih mengharap padaMu
dan lebih memerlukanMu pada segenap waktu.
Janganlah derita dan kesakitan ini membuatkan aku jauh daripadaMu."

"Aku ridha ya Allah dengan tadirMu ini.
Aku terima ini dengan sepenuh jiwa dan ragaku!
Aku tidak pernah bersangka buruk padaMu, .
Jika di dunia ini terlalu banyak tangisan untukku,     
andai di dunia ini begitu banyak derita buatku,
andai di dunia ini tiada kebahagiaan untukku,
Kau gantilah segalanya itu dengan keindahan syurgaMu di sana."

Ya Allah, biarlah hati ini yang menatanya,
Biarlah mulut ini tetap terkunci agar ia tak menyalahkan keadaan,
agar ia tetap menatap jauh bahwa ia pasti mampu menghadapinya.
sebuah senyum penyemangat
bahwa Engkau sungguh Maha Bijaksana telah menempatkan pada posisi yang sulit...
Hingga pada akhirnya nanti aku kan tumbuh menjadi seseorang yang lebih baik lagi,
lebih bermanfaat
dan lebih tangguh dari aku hari ini...