Mukidi seorang yg hidup dlm kesederhanaan menghadapi kebingunan krn hrs memasukan anaknua ke sekolah yg lebih tinggi jenjang pendidikannya. ya dari SMP mau masuk ke SMA. Bagaimana tidak .... ? Nilai yg diperoleh anaknya sebenarnya tdk jelek2 amat, masih diatas 6,5 rata-rata. Namun sebelum mendaftar mukidi sdh tahu bhw dipastikan tidak akan diterima krn sdh beredar passing grade bahwa minimal nilainya hrs sekian utk bisa diterima.
Tindakan protektif dilakukan. Mendaftar ke swasta. Tp dengan resiko biaya tinggi. Itupun mesti melalui test. Kalau diterima mesti bayar dulu sebelum pengumuman yang sekolah negeri. Kalau diterima di negeri, uang yg sdh dibayarkan tdk bisa dokembalikan. Hmmm... Dimana keadilan. Dimana perhatiam pemerintah terhadap dunia pendidikan ? Bapak mukidi mungkin kuranh pinter krn tdk ikut les private spt yg dilakukan orang berkemampuan lainnya. Makan jg kalah gizi.
Masuk perguruan tinggi juga aneh.Sudah diterima harus memilih dikelompok manakah kita harus menempatkan diri untuk pembayaran SPP setiap semesternya. Tidak bisa patokan kondisi rumah yang diperbandingkan,apalagi dalam musim korona.
0 komentar:
Posting Komentar